Tersebutlah seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu Suhita tahun 1429-1447. Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit yang era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan, Jawa Timur, satu kerajaan kecil yang menjadi taklukan Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang bangsawan dari Klungkung, Bali, bernama Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya seperti Adipati Kebo Marcuet ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Meskipun hanya seorang raja taklukan, namun sepak terjang Adipati Kebo Marcuet yang terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit membuat Ratu Ayu Kencana Wungu cemas. Ratu Majapahit itu pun berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadakan sebuah sayembara untuk mengalahkan Adipati Kebo Marcuet, maka dia akan diangkat menjadi Adipati Blambangan yang baru dan dijadikan sebagai itu diikuti oleh puluhan orang, namun semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet. Hingga datanglah seorang pemuda tampan dan gagah bernama Jaka Umbaran yang berasal dari Pasuruan. Ia adalah putera Ki Ajar Jaka Umbaran mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet. Maka, dengan senjata pusakanya gada wesi kuning gada yang terbuat dari kuningan, dan dibantu oleh seorang pemanjat kelapa yang sakti bernama Dayun, Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menobatkan Jaka Umbaran menjadi Adipati Blambangan yang baru dengan gelar Minak Jinggo. Akan tetapi, Ratu Ayu Kencana Wungu menolak menikah dengan Jaka Umbaran karena pemuda itu kini tidak lagi tampan akibat pertarungannya dengan Adipati Kebo Umbaran alias Minakjingga tetap bersikeras menagih janji. Ia datang ke Majapahit untuk melamar Ratu Ayu Kencana Wungu meskipun pada saat itu ia telah memiliki dua selir bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Lamaran Minakjingga bertepuk sebelah tangan karena sang Ratu tetap tidak sudi menikah itu membuat Minakjingga murka dan memendam dendam kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Untuk melampiaskan kemarahannya, Minakjingga merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit sampai ke Probolinggo Perang Paregrek. Tidak hanya itu, Minakjingga pun berniat untuk menyerang ibu kota Majapahit. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat khawatir ketika mendengar bahwa Minakjingga ingin menyerang kerajaannya. Maka, ia pun menggelar sayembara lagi, puluhan pemuda turut serta dalam sayembara tersebut, namun tidak ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Minakjingga. Hal ini membuat sang Ratu semakin kekhawatiran sang Ratu semakin besar, datanglah seorang pemuda tampan bernama sengit antara dua pendekar sakti itupun terjadi. Keduanya silih-berganti menyerang. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu hingga pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Minakjingga. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam kedua selir Minakjingga, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, terpikat melihat ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka pemuda itu. Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian malam harinya, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka gada wesi kuning saat Minakjingga terlelap. Pusaka itu kemudian mereka berikan kepada Damarwulan. Setelah memiliki senjata itu, Damarwulan pun kembali menantang Minakjingga untuk bertarung. Alangkah terkejutnya Minakjingga saat melihat sejata pusakanya ada di tangan tidak bisa melakukan perlawanan sehingga dapat dengan mudah Adipati Blambangan itu tewas oleh senjata pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepada Minakjingga untuk dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Damarwulan pun berhak menikah dengan Ratu Ayu Kencana Wungu dan mendampinginya menjadi Raja cerita ini karena ditulis di Mataram tahun 1736 dg tujuan politik untuk menyudutkan Blambangan yg waktu itu berkonflik dg Mataram memperebutkan hak sebagai pewaris tahta Majapahit. Para pujangga Mataram mencampur aduk kejadian2 tahun 1406, 1429, 1736, 1479, dan 1428 menjadi cerita di Perang Paregrek terjadi sekitar tahun 1406 antara Wikramawardhana Majapahit Barat/Trowulan vs Bhre Wirabhumi Majapahit Timur2. Majapahit Barat dipimpin Kenconowungu Suhita tahun = puteri Wikramawardhana dg selir keponakan Bhre Wirabhumi.3. Blambangan dipimpin Kebo Marcuet Keturunan Bali, yg dimaksud adalah Pangeran Danuningrat Raja Blambangan ke-17 tahun 1736-1763 yg berkuasa saat cerita Damarwulan ini ditulis di Mataram. Saat itu ada konflik Mataram-Blambangan. Prabu Danuningrat digelari Pangeran Menakjingga oleh bangsawan Mataram untuk menguatkan cerita palsu Joko Umbaran putera Ki Ajar Pamengger ikut "sayembara I" mengalahkan Kebo mengadakan Sayembara adalah Wikramawardhana, dan yg ikut sayembara adalah Gajah Narapati. Saat itu bahkan Suhita belum Ajar Pamengger adalah Lembu Mirunda putera Brawijaya I yg menjadi guru spiritual di Gunung Bromo. Putera Ki Ajar Panengger adalah Menak Sembar, menantu Prabu Siung Laut Raja Blambangan ke-4 berkuasa tahun 1478-1479, kemudian Menak Sembar naik tahta sebagai raja ke-5 tahun 1479-1489.Joko Umbaran ini siapa? Jika Joko Umbaran adalah Menak Sembar, maka yg terjadi bukan penaklukkan tapi ikatan pernikahan antara Trah Lembu Mirunda dg Trah Joko Umbaran melakukan penaklukkan, maka dia adalah Gajah Joko Umbaran menang, diangkat jadi adipati Blambangan bergelar Menak Jinggo, ingin menagih janji dan melamar Damarwulan ikut "sayembara II" mengalahkan Menak Jinggo, menikahi Suhita. Damarwulan adalah Arya Damar Adipati Palembang dan yang dikalahkan Damarwulan adalah Gajah Narapati tahun 1428 untuk menuntut balas atas kematian Bhre Wirabhumi kakek Suhita yg dibunuh Gajah Menak Jinggo bukan keturunan Hayam Jinggo bukan Bhre Wirabhumi. Jika Menak Jinggo adalah Bhre Wirabhumi putera Hayam Wuruk, tidak mungkin dia mau melamar Suhita karena Suhita adalah Cucu keponakannya Wirabhumi Aji Rajanatha
MustikaRaja Kencono Wungu Rp 350.000 Pesan via Whatsapp Pemesanan yang lebih cepat! Quick Order Deskripsi Info Tambahan Produk Terkait Mustika Khodam Pendamping Wanita Rp 315.000 Tersedia / A4831 Mustika Kristal Pelet Pemikat Pelanggan Rp 265.000 Tersedia / A1783 Mustika Lumut Hijau Pantai Selatan Rp 275.000 Tersedia / A92
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_408486" align="aligncenter" width="500" caption="Cungkup pusara Kencana Wungu"][/caption]Usianya sudah lebih dari 70 tahun. Namun roman mukanya tampak cerah bersinar, nyaris tak berkerut sebagai tanda telah tua. Tubuhnya memang sudah rapuh namun nenek tua ini tetap bersemangat untuk meraih mengaku tak pernah letih bekerja sebagai tukang sapu pusara junjungannya yakni Gusti Ratu Kencana Wungu yang dulu pernah menjadi ratu di Majapahit. Sang ratu kemudian wafat dan jenazahnya disempurnakan secara Mbah Gimah, perempuan asli Desa Sidodadi-Troloyo-Trowulan yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang sapu pekuburan umum di belakang kompleks makam Tralaya baca = Troloyo. [caption id="attachment_408488" align="aligncenter" width="250" caption="Inilah Mbah Gimah itu"] 14284141081761981322 [/caption]Makam Ratu Kencana Wungu berada kira-kira 30 meter di belakang kompleks makam Tralaya. Cungkupnya dicat berwarna ungu, warna yang anggun seperti namanya. Di depan cungkup berdiri gapura. Sementara pintu cungkup terbuat dari kayu jati berukir indah dipolitur berwarna coklat mengunjungi pusara Kencana Wungu, cungkup makam beliau dalam keadaan terkunci. Juru pelihara Jawa = kuncen sedang tidak ada di tempat. Namun dari Mbah Gimahlah saya mendapatkan keterangan tentang bangunan cungkup berwarna ungu dalam cungkup terdapat dua makam yaitu makam Ratu Kencana Wungu dan Dewi Anjasmara. Keduanya merupakan istri Raden Damarwulan. Dikisahkan, setelah mengalahkan Minak Jinggo dari Kerajaan Blambangan kemudian Raden Damarwulan diangkat menjadi Raja Majapahit mendampingi Ratu Kencana Wungu. Sebelum memperistri sang ratu, Damarwulan terlebih dulu mengawini Dewi Anjasmara yang kemudian menjadi selirnya. [caption id="attachment_408491" align="aligncenter" width="350" caption="Cungkup makam Kencana Wungu terlihat dari jauh"] 14284142681176129828 [/caption]Terlepas dari benar-tidaknya beragam versi cerita seputar Damarwulan, Kencana Wungu dan Anjasmara, bagi saya justru yang tak kalah menariknya adalah kisah tentang Mbah Gimah itu sendiri.“Sudah dua puluh tahun lebih saya jadi tukang sapu kuburan ini nak” ungkap Mbah Gimah dengan mata wajahnya, Mbah Gimah sepertinya ingin berkeluh-kesah pada saya. Tiba-tiba hati saya menjadi iba mengaku tidak sendirian bekerja sebagai tukang sapu di kuburan Desa Tralaya ini. Bersama temannya setiap hari ia bekerja bahu-membahu secara bergantian.“Sebulan kami berdua menerima honor Rp. aku Mbah Gimah sambil mengelus dada. [caption id="attachment_408494" align="aligncenter" width="350" caption="Telaten menekuni pekerjaan sebagai tukang sapu kuburan"] 14284145921426770018 [/caption]Bayangkan saja diusianya yang sudah renta itu, Mbah Gimah masih saja telaten dan setia merawat pekuburan Tralaya khususnya halaman makam Kencana Wungu. Meski honornya jauh dari layak namun pekerjaan sebagai tukang sapu makam tetap saja dijalaninya selama lebih dari dua puluh tahun .Mbah Gimah hanyalah potret perempuan tua biasa. Kisahnya mungkin tak semenarik dongeng tentang Kencana Wungu dan Damarwulan. Tapi bagaimana keadaan pekuburan Tralaya tanpa kehadiran Mbah Gimah? Adakah pengganti yang lebih setia dari Mbah Gimah? Sudah sepantasnya pihak yang berwenang memperhatikan nasib orang seperti Mbah Gimah ini. [caption id="attachment_408498" align="aligncenter" width="350" caption="Gapura masuk ke cungkup makam Kencana Wungu"] 14284148372127430119 [/caption] [caption id="attachment_408500" align="aligncenter" width="250" caption="Pintu masuk cungkup Kencana Wungu"] 14284150151005894442 [/caption] Lihat Humaniora Selengkapnya
Kisahini berawal pada tahun 1429-1447 silam. Saat itu, terkenal seorang ratu penguasa Kerajaan Majapahit ke-6 bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu yang mampu menaklukkan banyak daerah. (Baca juga: Misteri Serangan Balasan Kerajaan Sunda ke Majapahit Usai Perang Bubat )
- Sepanjang sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit, terdapat dua pemimpin perempuan. Salah satunya adalah Tribhuwana Tunggadewi 1328-1350, putri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Selain Tribhuwana Tunggadewi, pada akhir kekuasaan Majapahit, terdapat satu perempuan yang kembali menempati posisi ratu, yaitu Dyah Suhita atau Ratu Kencono Kencono Wungu pun menjadi pemimpin perempuan terakhir di Kerajaan Majapahit. Lantas, siapa itu Ratu Kencoco Wungu atau Ratu Suhita? Baca juga Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit Penakluk Nusantara Asal-usul Dyah Suhita Menurut NJ Krom, Ratu Suhita atau Dyah Suhita merupakan putri dari Bhre Wirabhumi. Hal ini berbeda dengan Kitab Pararaton, yang menjelaskan bahwa Dyah Suhita merupakan cucu dari Bhre Wirabhumi. Pendapat lain menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan putri penguasa kelima Majapahit, Wikramawardhana 1389-1429, dari selirnya. Ada juga yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan anak dari Wikramawardhana dengan Kusumawardhani. Sedangkan pendapat paling kuat menjelaskan bahwa Dyah Suhita adalah anak dari Wikramawardhana, yang memperistri putri kakak ipar sekaligus musuhnya. Terlepas dari perbedaan pendapat terkait asal-usulnya, Dyah Suhita merupakan putri yang menikah dengan Aji Ratnapangkaja. Aji Ratnapangkaja adalah salah satu pimpinan militer yang turut berperan dalam Perang Paregreg 1404-1406 melawan Bhre Wirabhumi dari Blambangan. Baca juga Kerajaan Majapahit Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan Menjadi Ratu Majapahit Setelah Bhre Wirabhumi kalah dalam Perang Paregreg dan terbunuh pada 1406, Wikramawardhana memimpin Majapahit hingga 1429. Sepeninggal Wikramawardhana, terjadi kebingungan siapa yang berhak memimpin Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa Wikramawardhana sempat menunjuk anaknya dari Kusumawardhani, yakni Rajakusuma atau Hyang Wekasing Putra, sebagai Hyang Wekasing Putra mati muda. Begitu pula dengan putra Wikramawardhana dari selirnya, Bhre Tumapel, yang juga meninggal. Keturunan Wikramawardhana hanya tersisa Dyah Suhita dan Bhre Kertawijaya, yang sama-sama dari selir. Akhirnya, Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya. Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan orang yang sama dengan Ratu Kencana Wungu. Baca juga Siu Ban Ci, Bangsawan Muslim yang jadi Selir Raja Majapahit Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara, Dyah Suhita memerintah Majapahit dari 1429 hingga 1447. Selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik. Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa di era Dyah Suhita, kekuasaan atas Nusantara secara berangsur-angsur kembali ke Majapahit. Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lain sebagainya. Meninggalnya Dyah Suhita Dyah Suhita menjadi Ratu Majapahit selama 18 tahun, hingga meninggal pada 1447. Sementara suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yakni pada 1437. Baca juga 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit Sepeninggal Dyah Suhita, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh adiknya, Bhre Kertawijaya atau dikenal dengan Brawijaya. Hal itu karena Dyah Suhita dan Aji Ratnapangkaja tidak dikaruniai anak. Dyah Suhita menjadi perempuan kedua dan terakhir yang memimpin Majaphit, setelah sebelumnya Tribhuwana Tunggadewi memerintah dari 1328 hingga 1350. Referensi Ramadhan, Prasetya. 2021. Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527. Yogyakarta Araska Mardiyono, Peri. 2020. Sejarah Kelam Majapahit Jejak-Jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit. Yogyakarta Araska. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
. 290 393 447 371 403 248 80 469
pusaka ratu kencana wungu